KESALAHAN
PENALARAN
§
Pengertian
Penalaran
Penalaran
adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta
yang ada sehingga sampai pada suatu simpulan.
Salah
nalar dapat terjadi di dalam proses berpikir utk mengambil keputusan. Hal ini
terjadi karena ada kesalahan pada cara penarikan kesimpulan. Salah nalar lebih
dari kesalahan karena gagasan, struktur kalimat, dan karena dorongan emosi.
§
Pengertian Salah Nalar :
Gagasan,
pikiran, kepercayaan, simpulan yang salah, keliru, atau cacat.
Dalam ucapan atau tulisan kerap kali kita dapati pernyataan yang mengandung kesalahan. Ada kesalahan yang terjadi secara tak sadar karena kelelahan atau kondisi mental yang kurang menyenangkan, seperti salah ucap atau salah tulis misalnya.
Ada pula kesalahan yang terjadi karena
ketidaktahuan, disamping kesalahan yang sengaja dibuat untuk tujuan tertentu.
Kesalahan yang kita persoalkan disini adalah kesalahan yang berhubungan dengan
proses penalaran yang kita sebut salah nalar. Pembahasan ini akan mencakup dua
jenis kesalahan menurut penyebab utamanya, yaitu kesalahan karena bahasa yang
merupakan kesalahan informal dan karena materi dan proses penalarannya yang
merupan kesalahan formal.
Gagasan,
pikiran, kepercayaan atau simpulan yang salah, keliru, atau cacat disebut
sebagai salah nalar.
Salah
nalar ada dua macam:
o
Salah nalar
induktif
berupa
:
·
kesalahan karena
generalisasi yang terlalu luas,
·
kesalahan
penilaian hubungan sebab-akibat,
·
kesalahan
analogi.
Ø
Kesalahan
deduktif dapat disebabkan :
·
kesalahan karena
premis mayor tidak dibatasi;
·
kesalahan karena
adanya term keempat;
·
kesalahan karena
kesimpulan terlalu luas/tidak dibatasi; dan
·
kesalahan karena
adanya 2 premis negatif.
Fakta
atau data yang akan dinalar itu boleh benar dan boleh tidak benar.
Berikut
ini salah nalar yang berhubungan dengan induktif, yaitu :
- A. Generelisasi terlalu luas
Contoh
: perekonomian Indonesia sangat berkembang
- B. Analogi yang salah
Contoh
: ibu Yuni, seorang penjual batik, yang dapat menjualnya dengan harga
terjangkau. Oleh sebab itu, ibu Lola seorang penjual batik, tentu dapat
menjualya dengan harga terjangkau.
§
Jenis
– jenis salah nalar
1) Deduksi yang
salah : Simpulan dari suatu silogisme dengan diawali premis yang salah atau
tidak memenuhi persyaratan.
Contoh
:
Kalau
listrik masuk desa, rakyat di daerah itu menjadi cerdas.
Semua
gelas akan pecah bila dipukul dengan batu.
2) Generalisasi
terlalu luas
Salah
nalar ini disebabkan oleh jumlah premis yang mendukung generalisasi tidak
seimbang dengan besarnya generalisasi itu sehingga simpulan yang diambil menjadi
salah.
Contoh
:
Setiap
orang yang telah mengikuti Penataran P4 akan menjadi manusia Pancasilais
sejati.
Anak-anak
tidak boleh memegang barang porselen karena barang itu cepat pecah.
3) Pemilihan
terbatas pada dua alternatif
Salah
nalar ini dilandasi oleh penalaran alternatif yang tidak tepat dengan pemilihan
jawaban yang ada.
Contoh
:
Orang
itu membakar rumahnya agar kejahatan yang dilakukan tidak diketahui orang lain.
§
Penyebab Salah
Nalar
Salah
nalar ini disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu sehingga mengakibatkan
terjadinya pergeseran maksud.
Contoh:
Broto
mendapat kenaikan jabatan setelah ia memperhatikan dan mengurusi makam
leluhurnya.
Anak
wanita dilarang duduk di depan pintu agar tidak susah jodohnya.
Analogi
yang Salah
Salah
nalar ini dapat terjadi bila orang menganalogikan sesuatu dengan yang lain
dengan anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian persamaan
pada segi yang lain.
Contoh:
Anto
walaupun lulusan Akademi Amanah tidak dapat mengerjakan tugasnya dengan baik.
Argumentasi
Bidik Orang
Salah
nalar jenis ini disebabkan oleh sikap menghubungkan sifat seseorang dengan
tugas yang diembannya.
Contoh:
Program
keluarga berencana tidak dapat berjalan di desa kami karena petugas
penyuluhannya memiliki enam orang anak
Sumber
:
seckerfers.wordpress.com/2011/10/28/salah-nalar/
SILOGISME
§
Pengertian Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan
kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan)
dan sebuah konklusi (kesimpulan).
§
Jenis-jenis Silogisme
Berdasarkan
bentuknya, silogisme terdiri dari;
- 1. Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial adalah silogisme yang
semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme
disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor
(premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya
menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term
penengah (middle term). Contoh:
Semua
tumbuhan membutuhkan air. (Premis Mayor)
- Ø Hukum-hukum Silogisme Katagorik.
Apabila
salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.
Contoh:
Sebagian
makanan tidak menyehatkan (minor).
∴ Sebagian makanan
tidak halal dimakan (konklusi).
Apabila
salah satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.
Contoh:
Sebagian
pejabat korupsi (minor).
∴ Sebagian pejabat
tidak disenangi (konklusi).
Apabila
kedua premis bersifat partikular, maka tidak sah diambil kesimpulan.
Contoh:
∴Bambang adalah
politikus (premis 2).
Kedua premis tersebut tidak bisa disimpulkan.
Jika dibuat kesimpulan, maka kesimpulannya hanya bersifat kemungkinan (bukan
kepastian). Bambang mungkin tidak jujur (konklusi).
Apabila
kedua premis bersifat negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini
dikarenakan tidak ada mata rantai yang menhhubungkan kedua proposisi premisnya.
Kesimpulan dapat diambil jika salah satu premisnya positif.
Contoh:
Kedua
premis tersebut tidak mempunyai kesimpulan
Apabila
term penengah dari suatu premis tidak tentu, maka tidak akan sah diambil
kesimpulan. Contoh; semua ikan berdarah dingin. Binatang ini berdarah dingin.
Maka, binatang ini adalah ikan? Mungkin saja binatang melata.
Term-predikat
dalam kesimpulan harus konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya.
Apabila tidak konsisten, maka kesimpulannya akan salah.
Contoh:
∴ Kambing bukan
binatang ?
Binatang
pada konklusi merupakan term negatif sedangkan pada premis 1 bersifat positif
Term
penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila
term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain.
Contoh:
Bulan
itu bersinar di langit.(mayor)
∴ Januari bersinar
dilangit?
Silogisme
harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term, tidak bisa
diturunkan konklsinya.
Contoh:
Kucing
adalah binatang.(premis 1)
Domba
adalah binatang.(premis 2)
Beringin
adalah tumbuhan.(premis3)
Sawo
adalah tumbuhan.(premis4)
Dari
premis tersebut tidak dapat diturunkan kesimpulannya
- 2. Silogisme Hipotetik
Silogisme hipotetik adalah argumen yang premis
mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi
katagorik. Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik:
Silogisme
hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh:
Sekarang
hujan.(minor)
∴ Saya naik becak
(konklusi).
Silogisme
hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya.
Contoh:
Sekarang bumi telah basah (minor).
∴ Hujan telah
turun (konklusi)
Silogisme
hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent.
Contoh:
Jika
politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik
pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa.
∴ Kegelisahan
tidak akan timbul.
Silogisme
hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya.
Contoh:
Bila
mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah.
Pihak
penguasa tidak gelisah.
∴ Mahasiswa tidak
turun ke jalanan.
- Ø Hukum-hukum Silogisme Hipotetik
Mengambil
konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme
kategorik. Tetapi yang penting menentukan kebenaran konklusinya bila
premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar. Bila antecedent kita
lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, maka hukum silogisme hipotetik
adalah:
Bila
A terlaksana maka B juga terlaksana.
Bila
A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
Bila
B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
Bila
B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
- 3. Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang
terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif
yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya
akan menolak alternatif yang lain. Contoh:
∴ Jadi, Nenek Sumi
tidak berada di Bogor.
Entimen
Silogisme
ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun
lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan. Contoh entimen:
Dia
menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
Anda
telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya.
- 4. Silogisme Disjungtif
Silogisme disjungtif adalah silogisme yang
premis mayornya merupakan keputusan disyungtif sedangkan premis minornya
bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang
disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis
mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang semestinya. Silogisme
ini ada dua macam yaitu:
Silogisme
disyungtif dalam arti sempit
Silogisme
disjungtif dalam arti sempit berarti mayornya mempunyai alternatif
kontradiktif.
Contoh:
Heri
jujur atau berbohong.(premis1)
Ternyata
Heri berbohong.(premis2)
∴ Ia tidak jujur
(konklusi).
ü
Silogisme
disjungtif dalam arti luas
Silogisme
disyungtif dalam arti luas berarti premis mayornya mempunyai alternatif bukan
kontradiktif. Contoh:
Ternyata
tidak di rumah.(premis2)
∴ Hasan di pasar
(konklusi).
- Ø Hukum-hukum Silogisme Disjungtif
ü
Silogisme
disjungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila
prosedur penyimpulannya valid.
Contoh:
Hasan
berbaju putih atau tidak putih.
Ternyata
Hasan berbaju putih.
∴ Hasan bukan
tidak berbaju putih.
Silogisme
disjungtif dalam arti luas, kebenaran konklusinya adalah
Bila
premis minor mengakui salah satu alternatif, maka konklusinya sah (benar).
Contoh:
Budi
menjadi guru atau pelaut.
Budi
adalah guru.
∴ Maka Budi bukan
pelaut.
Bila
premis minor mengingkari salah satu alternatif, maka konklusinya tidak sah
(salah).
Contoh:
Ternyata
tidak lari ke Yogyakarta
∴ Dia lari ke
Solo?
Konklusi
yang salah karena bisa jadi dia lari ke kota lain.
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar